EDWIN RAY GUTHRIE
Disusun
untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Belajar
Dosen
Pengampu : Zidni Immawan M
Disusun
oleh :
Fahri
Kurniawan, Nina
Maryati, Fajar
NDF, Feni
F, Nur
Rofingah
PROGRAM
STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS
ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012
A. Riwayat
Edwin R. Guthrie
Edwin
Ray Guthrie adalah putra pertama dari lima bersaudara yang lahir dari keluarga
berkecukupan, karena Ibunya seorang Guru dan Ayahnya seorang Wiraswastawan.
Beliau dilahirkan di Lincoln, Nebraska pada 9 Januari 1886. setelah lulus dari
sekolah menengah kemudian Guthrie berpindah ke Universitas Nebraska dan lulus
dengan Ijazah Matematika kemudian mengajar matematika di beberapa sekolah
menengah sambil, memperdalam filsafat di Universitas Pennsylvania dan lulus
sebagai doktor. Kemudian dilanjutkan dengan menjadi instruktur pada departemen
filsafat di Universitas Washington. Setelah lima tahun kemudian, ia berpindah
ke departemen psikologi di mana Ia menetap sampai kariernya berakhir. Pada usia 33 tahun Dr. Guthrie pemenang nobel yang
diberikan oleh Asosiasi Psikologi Amerika dalam kategori kontribusi mutakhir.
Selama Perang dunia II, Ia pernah menjadi Dekan di Universitas Washington.
Departemen Psikologi di sebuah Universitas yang kemudian bangunan tersebut
dinamai Gutherie Hall. Guthrie membuat kontribusi yang patut diperhitungkan
dalam dunia ilmu pengetahuan, khususnya filsafat, psikologi abnormal, psikologi
sosial, pelajaran dan teori psikologi bidang pendidikan. Salah satu
kontribusinya yang paling dikenal adalah teori belajar-nya yang berdasar pada
asosiasi (Anonim, 2011).
B. Teori
Guthrie : One trial learning
Aristoteles
berpendapat bahwa kekuatan hukum
asosiasi adalah tergantung pada frekuensi kemunculannya. Menurut Thorndike,
Skinner dan Hull, frekuensi dibuat mengacu pada asosiasi yang terbentuk antara
respon (yang mengantarkan organisme pada kepuasan) dengan kondisi yang
distimulasi (mendahului respon). Menurut
Pavlov, US dan CS yang selalu dipasangkan akan membuat CS mampu
memunculkan respon (Hergenhahn dan Olson, 2008).
Sedangkan menurut
Guthrie asosiasi menjadi kuat antara stimulus dan respon pada saat pertama
saja, sehingga tidak perlu dilakukan secara berulang-ulang. Guthrie menolak hukum
frekuensi. Menurutnya, belajar akan menjadi lengkap setelah dipasangkan antara
stimulus respon hanya satu kali saja (Hergenhahn dan Olson, 2008).
C. Pandangan
Guthrie Tentang Hukum Belajar
Hukum belajar yang dikemukakan oleh Guthrie adalah hukum kontiguitas
(law of contiguity). Maksudnya adalah : “ kombinasi stimuli yang mengiringi
gerakan akan cenderung diikuti oleh gerakan itu jika kejadiaannya berulang”.
Jadi, jika pada situasi tertentu kita melakukan sesuatu, maka pada waktu lain
dan situasinya sama kita akan cenderung melakukan hal yang sama juga.
Hukum tersebut diusulkan oleh Guthrie karena menganggap kaidah yang
dikemukakan oleh Thorndike dan Pavlov terlalu rumit dan berlebihan. Thorndike
mengemukakan bahwa, jika respons menemukan kondisi yang memuaskan maka koneksi
S-R akan menguat. Disisi lain Pavlov mengemukakan dengan hukum belajarnya
dengan model kondisional berupa CR-CS-US-UR. Unsur- unsur itulah yang dianggap
oleh guthrie berlebihan.
Pada
publikasi terahirnya sebelum meninggal, Guthrie sempat merevisi hukum
kontiguitasnya menjadi, “apa- apa yang dilihat akan menjadi sinyal terhadap
apa- apa yang dilakukan”. Alasannya karena terdapat berbagai macam stimuli yang
dihadapi oleh organisme pada satu waktu tertentu dan organisme tidak mungkin
membentuk asosiasi dengan semua stimuli itu. Organisme hanya akan memproses
secara efektif pada sebagian kecil dari stimuli yang dihadapinya, dan
selanjutnya proporsi inilah yang akan
diasosiasikan dengan respons.
D. Stimuli
yang Dihasilkan oleh Gerakan
Meskipun Guthrie menekankan keyakinannya
pada hukum kontiguitas di sepanjang karirnya, dia menganggap akan keliru jika
kita menganggap asosiasi yang dipelajari sebagaian hanya asosiasi antara
stimuli lingkungan dengan prilaku nyata. Misalnya, kejadian di lingkungan dan
responsnya terkadang dipisahkan oleh satu interval waktu, dan karenanya sulit
untuk menganggap keduanya sebagai kejadian yang bersamaan.
Guthrie
selanjutnya mengatasi problem tersebut dengan mengemukakan adanya
movement-product stimuli (stimuli yang dihasilkan oleh gerakan), yakni
disebabkan oleh gerakan tubuh. Contohnya, ketika mendengar telepon berdering
kita berdiri dan berjalan mendekati pesawat telepon. Sebelum kita sampai ke
pesawat telepon, suara deringan tersebut sudah tidak lagi bertindak sebagai
stimulus. Kita tetap bergerak karena ada stimuli dari gerakan kita sendiri
menuju pesawat telepon.
E. Praktik
latihan
Untuk menjawab pertanyaan ini,
Guthrie membedakan antara act (tindakan) dengan movement (gerakan). Gerakan
adalah kontraksi otot; tindakan terdiri dari berbagai macam gerakan. Tidakan
biasanya didefinisikan dalam term apa- apa yang dicapainya, yakni perubahan apa
yang mereka lakukan dalam lingkungan. Sebagai contoh tindakan, Guthrie menyebut
misalnya mengetik surat, makan pagi, dll.
Adapun untuk belajar tindakan
membutuhkan praktik latihan. Belajar bertindak, yang berbeda dari gerakan,
jelas membutuhkan praktik sebab ia mengharuskan gerakan yang tepat telah
diasosiasikan dengan petunjuknya. Bahkan menurut Guthrie, tindakan sederhana
seperti memegang raket membutuhkan beberapa gerakan berbeda sesuai jarak dan
arah posisi subjek itu. Untuk itulah diperlukan sebuah latihan, karena dengan
menguasai sebuah tindakan tidak menjamin pada saat waktu, jarak, dan posisi
yang berbeda tindakan itu masih dapat dilakukan.
F. Sifat
Penguatan
Apa yang menggantikan kekuatan dalam teori Guthrie? Pada poin ini Gutrie menggunakan
isu yang dibahas Thorndike, ketika satu respons menimbulkan keadaan yang
memuaskan, maka selanjutnya terulangnya respons akan meningkat. Guthrie
menganggap hukum efek tidak dibutuhkan. Menurut Guthrie, reinformance
(penguatan) hanyalah aransemen mekanis, yang dianggap dapat dijelaskan dengan
hukum belajaranya.
Gutrie menganggap, penguatan mengubah kondisi yang menstimulasi, dan
karenanya mencegah terjadinya nonlearning. Misalnya, dalam kotak teka teki, hal
yang dilakukan hewan sebelum menerima satu penguat adalah menggerakkan satu
tuas atau menarik cincin, yang membuatanya bisa keluar dari kotak itu, dan
seterusnya. Oleh karena itulah, Guthrie dan Horton mengatakan, menurut pendapat
mereka tindakan yang dilakukan oleh kucing itu akan selalu sama, karena kucing
itu menganggap itulah caranya membebaskan diri dari kotak. Oleh karena itu,
tidak memungkinkan adanya respons baru yang dihubungkan dengan kotak tersebut.
G. Cara
Memutuskan Kebiasaan
Kebiasaan dalam teori Guthrie ini didefinisikan sebagai sebuah respon yang
diasosiasikan dengan beberapa stimuli yang berbeda. Untuk menghentikan
kebiasaan yang inappropriate ( tidak sesuai ) maka kebiasaan itu perlu diputus.
Untuk itu, perlu memutus pula hubungan antara asosiasi dengan 'cues' yang
memunculkan stimuli (rangsangan) dan respons. Ada tiga metode yang ditawarkan
oleh Gutrhrie untuk memutuskan kebiasaan yaitu metode ambang pintu ( threshold
methode ), metode yang kaku ( fatigue methode), dan metode respons tandingan
(incompatable respons methode).
Ringkasan Tiga Metode memutus Kebiasaan:
Metode
|
Karakteristik
|
Contoh
|
Ambang Batas (threshold)
|
1. Mengenalkan stimuli dengan kekuatan
yang lemah. Secara perlahan meningkatkan kekuatan stimuli, tetapi menjaganya
dibawah respons batas minimal.
|
Memasang pelana kuda :
mulai dengan selimut yang ringan , kemudian selimut yang lebih berat, baru
kemudian pelana kuda.
|
Metode fatigue (kelelahan)
|
" mengeluarkan "
semua respons dalam menghadirkan stimuli.
|
Melemparkan pelana diatas
kuda dan menaiki kuda samapai kuda meringkik, menendang, dan berusaha sekuat
tenaga untuk melempar orang yang menaikinya. (joki) : pelana dan joki
menjadi stimulus untuk berjalan dan berlari dengan tenang.
|
Metode respons tandingan
(incompatable Respons Methode)
|
Memasangkan stimulus (S1)
yang menyebaabkan perilaku tidak sesuai (inapropiate) dengan stimulus (S2)
yang memunculkan respons-respons yang sesuai (apropiate), perilaku yang
sesuai diasosiasikan dengan stimulus (S2).
|
Untuk menghentikan
menghindar dan takut berlebihan, dengan memasangkan ketakutan pada suatu
objek ( seperti harimau mainan ) dengan sebuah stimulus yang memunculkan
perasaan hangat dan penuh kasih saying., seperti gambar seorang ibu.
|
Berbeda dengan reinforcemen yang tidak terlalau berperan dalam proses
belajar , hukuman (punishment) mempunyai pengaruh penting mengubah perilaku
seseorang . punishment jika diberikan secara tepat dalam menghadirkan sebuah
stimulus yang memunculkan perilaku inappropriate, dapat menyebabkan subyek
melakukan sesuatu yang berbeda. Guthrie menjelaskan dengan mengambil contoh
seorang gadis yang setiap kali pulang sekolah selalau meletakkan tas dan sepatu
disembarang tempat setiap hari . kemudian sang ibu memerintahkan anaknya untuk
mengambil tas dan kaos kakinya dilantai kemudian keluar rumah dan kembali masuk
rumah serta langsung meletakkan pada tempatnya. Setelah tindakan itu
berkali-kali dilakukan setiap anaknya pulang sekolah dan meletakkan tas dan
kaos kaki sembarangan akhirnya perilaku meletakkan tas dan kaos kaki pada
tempatnya diasosiasikan dengan harus keluar rumah dan masuk kembali ke dalam
rumah.
Salah satu eksperimen yang dilakukan oleh Gutrie untuk mendukung teori
kontiguitas adalah percobaannya dengan kucing yang dimasukkan ke dalam kotak
puzel. Kemudian kucing tersebut berusaha keluar. Kotak dilengkapi dengan alat
yang bila disentuh dapat membuka kotak puzel tersebut. Selain itu kotak
tersebut juga dilengkapi dengan alat yang dapat merekam gerakan-gerakan kucing
dalam kotak. Alat tersebut menujukan bahwa kucing telah belajar mengulang
gerakan-gerakan sama yang di asosiasikan dengan gerakan-gerakan sebelumnya.
Ketika dia dapat keluar dari kotak tersebut.
1. Membelokkan
Kebiasaan
Ada perbedaan antara memutus kebiasaan dengan membelokkan kebiasaan.
Membelokkan kebiasaan dilakukan dengan menghindari petunjuk yang menimbulkan
perilaku yang tak diinginkan. Jika anda mengumpulkan sejumlah besar pola
perilaku tak efektif atau menyebabkan kecemasan, hal terbaik yang bisa
dilakukan adalah meningkatkan situasi itu. Guthrie menyarankan agar anda pergi
kesuatu lingkungan baru yang memberi anda kesegaran baru karena anda tidak
punya banyak asosiasi dengan lingkungan baru itu. Pergi kelingkungan baru akan
membuat anda legah dan bisa mengembangkan pola perilaku yang baru. Tetapi ini
hanyalah pelarian parsial karena banyak stimuli yang menyebabkan perilaku yang
tak diinginkan adalah stimuli internal anda, dan anda karenanya akan membawa
stimuli itu ke lingkungan yang baru. Juga stimuli dalam lingkungan baru yang
identik atau mirip dengan stimuli di lingkungan lama akan cenderung menimbulkan
respon yang sebelumnya di kaitkan dengannya.
2.
Hukuman
Guthrie mengatakan efektivitas punishment (hukuman) ditentukan oleh apa
penyebab tindakan yang dilakukan oleh organisme yang dihukum itu. Hukuman
bekerja baik bukan karena rasa sakit yang dialami oleh individu terhukum,
tetapi karena hukuman mengubah cara individu merespons stimuli tertentu.
Hukuman akan efektif jika menghasilkan respons baru terhadap stimuli yang sama.
Hukuman berhasil mengubah perilaku yang tidak diinginkan karena hukuman
menimbulkan perilaku yang tidak kompitabel dengan perilaku yang dihukum.
Hukuman akan gagal jika perilaku yang disebabkan oleh hukuman selaras dengan
perilaku yang dihukum. Misalnya, anda punya seekor anjing yang suka
mengejar-ngejar mobil dan anda ingin menghentikan kebiasaannya. Gutrie
menyarankan, anda mengendarai mobil dan biarkan anjing mengejarnya. Saat anjing
berlari disisi mobil pelankan kendaraan anda dan tamparlah moncong si anjing.
Ini kemungkinan akan efektif. Dilain pihak menampar pantat anjing saat berlari
mungkin kurang efektif meskipun diasumsikan tamparan pada moncong dan pantat
sama-sama menyakitkan. Perbedaannya adalah tamparan pada moncong cenderung
membuat anjing berhenti dan berlompat kebelakang, sedangkan tamparan di pantat
cenderung membuat anjing kencang lari ke depan. Jadi satu bentuk hukuman
menyebabkan perilaku yang tidak kompatibel dan efektif sedangkan hukuman
lainnya tidak efektif.
Segala sesuatu yag dikatakan Guthrie tentang hukuman adalah satu hukuman
belajarnya- koniguitas. Ketika stimuli dan respon dipasangkan mereka menjadi
diasosiasikan dan tetap diasosiasikan kecuali stimuli yang terjadi di situ
memunculkan respon lain, dimana mereka diasosiasikan dengan respon baru
tersebut. Hukuman adalah bentuk arasemen yang lain. Hukuman apabila digunakan
secara efektif , akan menyebabkan stimuli yang sebelumnya menimbulkan respon
yang tak diinginkan menjadi memunculkan respon yang dapat diterima. Ringkasan
pendapat Guthrie tentang hukuman sebagi berikut :
a.
Hal penting
mengenai hukuman adalah bukan rasa sakit yang ditimbulkannya tetapi apa yang
membuat organisme itu berbuat.
b.
Agar efektif
hukuman harus menimbulkan perilaku yang tidak kompatibel dengan perilaku yang
dihukum.
c.
Agar efektif
hukuman harus diaplikasikan bersama dengan stimuli yang menimbulkan perilaku
yang dihukum.
d.
Jikasyarat 2 dan
3 tidak dipenuhi, hukuman tidak akan efektif atau justru akan memperkuat respon
yang tidak diinginkan.
3. Dorongan
Drives (dorongan) fisiologis merupkan apa yang oleh Guthrie dikatakan
maintaining stimuli (stimuli yang mempertahankan) yang menjaga organisme tetap
aktif sampai tujuan tercapai. Misalnya, rasa lapar menghasilkan stimuli
internal yang terus ada sampai makanan dikonsumsi. Ketika makan diperoleh,
maintaining stimuli akan hilang, dan karenanya kondisi yang menstimulasi telah
berubah. Tetapi perlu ditekankan bahwa dorongan fisiologis ini hanya salah satu
dari sumber stimuli yang mempertahankan . setiap sumber stimuli yang terus
berlangsung baik itu eksternal maupun internal
mwnghasilkan stimuli yang mempertahankan.
Disini Guthrie kembali menjelaskan bahwa kebiasaan menggunakan alkohol dan
narkoba dengan cara serupa. Misalnya, seorang merasakan ketegangan atau
gelisah. Dalam kasus ini ketegangan dan kegelisahan itulah yang menjadi
maintaining stimuli. Karenanya, ketika di lain waktu orang merasa tegang dan
gelisah, dia akan cenderung minum lagi. Secara bertahap dorongan untuk memakai
narkoba atau minuman keras akan muncul diberbagai situasi dan berubah menjadi
kecanduan.
4. Niat
Respons yang dikondisikan ke maintaining stimuli dinamakan intentions
(niat). Respons tersebut dinamakan niat karena maintaining stimuli dari
dorongan biasanya berlangsung selama periode waktu tertentu (sampai dorongan
berkurang).
Gambarannya, ketika seseorang lapar dan ada roti di dalam kantor, dia akan
memakannya. Tetapi jika dia lupa membawa bekal makan siang, dia akan berdiri
dari kursi, mengenakan jaket, mencari restoran, dsb. Perilaku yang dipicu oleh
maintaining stimuli inilah yang tampak purposive atau intensional (diniatkan).
5. Transfer
Training
Gutrhrie dalam hal ini kurang terlalu berharap. Karena pada dasarnya
seseorang akan menunjukkan respons yang sesuai dengan stimuli jika pada kondisi
yang sama. Guthrie selalu mengatakan pada mahasiswa universitasnya, jika anda
ingin mendapat manfaat terbesar dari studi anda, anda harus berlatih dalam
situasi yang persis sama-dalam kursi yang sama-di mana anda akan diuji. Jika
anda belajar sesuatu di kamar, tidak ada jaminan pengetahuan yang diperoleh
disitu akan ditransfer ke kelas.
Saran Guthrie (Guthrie,1935) adalah selalu mempraktikkan perilaku yang
persis sama yang akan diminta kita lakukan nanti,selain itu, kita harus melatihnya
dalam kondisi yang persis sama dengan kondisi ketika nanti kita diuji. Gagasan
mengenai pemahaman, wawasan dan pemikiran hanya sedikit, atau tidak ada
maknanya bagi Guthrie. Satu-satunya hukum belajar adalah hokum kontiguitas,
yang menyatakan bahwa ketika dua kejadian terjadi bersamaan, keduanya akan
dipelajari.
6. Formalisasi
Teori Guthrie Oleh Voeks
Dalam pernytaan ulang Voeks atas teori Guthrie ada 4 postulat dasar, 8
definisi dan 8 teorema. Postulat itu berusaha meringkaskan banyak prinsip
belajar umum dari Guthrie, sedang definisinya berusaha menjelaskan beberapa
konsep Guthriean (seperti stimulus, petunjukn, respon dan belajar), teoremanya
adalah deduksi dari postulat dan definisi yang dapat di uji secara
eksperimental. Voeks menguji sejumlah deduksi dan menemukan sejumlah bukti yang
mendukung teorti Guthrie. Sebagaian besar formalisasi Voeks atas teori Guthrie
dan riset yang dihasilkannya, terlalu komplek untuk dipaparkan disini. Tetapi 4
postulat Voeks sudah cukup meringkaskan dan menjadi contoh dari formalisasi
dari teori Guthrie yng dilakukannya.
Postulat I:Prinsiple of association,(a) setiap
pola stimulus yang pernah mengirimi satu respon, dan atau muncul lebih awal
setelah detik atau kurang, akan menjadi petunjuk langsung yang kuat untuk respon
itu. (b) ini adalah salah satunya cara di mana pola stimulus yang bukan
petunjuk untuk respon tertentu menjadi petunjuk langsung untuk respon itu (
Voeks, 1950, h. 342) .
Postulat II : Prinsiple of Postremity, (a) suatu stimulus yang mengiringi atau mendahului
dua atau lebih respon yang tidak kompatibel adalah stimulus yang dikondisikan
hanya untuk respon terakhir yang diberi saat stimulus itu masih ada.(b) ini
adalah satu-satunya cara dimana stimulus yang merupakan petunjuk untuk respon
tertentu kini tidak lagi menjadi petunjuk bagi respon itu ( Voeks, 1950, h.
344).
Postulat III : Prinsiple of Response Probability : Probabilitas dari kejadian respon tertentu pada waktu
tertentu merupakan suatu fungsi dari proporsi kehadiran stimuli yang adalah
petunjuk bagi respon pada waktu itu. (Voeks, 1950, h.348).
Postulah IV :Prinsiple of Dynamic Situations. Pola stimulus dari suatu situasi tidaklah statis
tetapi dimodifikasi dari waktu kewaktu karena ada perubahan dari respon yang
diberikan subjek, akumulasi kelelahan, perubahan reaksi dan proses internal
lainnya didalam subjek, serta karena kadirnya variasi terkontrol dan tak
terkontrol dalam stimuli yang ada saat itu ( Voeks ,1950, h. 350).
Pembaca tidak boleh menyimpulkan bahwa teori belajar Guthrie hanya menarik
secara historis. Seperti yang akan kita diskusikan nanti, saat kita membahas
Villiam K.Estes, salah satu trend dalam teori belajar modern adalah mengarang
kepenggunaan model matematika dalam menjelaskan proses belajar. Teori belajar
Guthrie adalah teori yang member basis untuk model matematika untuk teori
belajar awal dan masih tetap berada di jantung dari sebagaian besar teori
belajar modern.
H. Forgotten
Menurut
Guthrie faktor lupa terjadi ketika adanya alternatif respon yang ada pada
struktur stimuli. Setelah sebuah struktur stimuli dihasilkan oleh alternatif
respon maka struktur tersebut akan cenderung membawa respon baru yang
menghambat. Oleh sebab itu melibatkan new learning (pembelajaran yang baru). Jadi menurut Guthrie, lupa pasti melibatkan proses belajar
baru. Ini adalah bentuk retroactive inhibition (hambatan retroaktif) yang
ekstrem, yakni fakta bahwa proses belajar lama diintervensi oleh proses belajar
baru. Untuk menunjukkan hambatan retroaktif, contohnya sebagai berikut:
Seseorang yang belajar tugas A dan kemudian belajar tugas B lalu diuji untuk
tugas A. satu orang lainnya belajar tugas A, tetapi tidak belajar tugas B, dan
kemudian diuji pada tugas A. secara umum akan ditemukan bahwa orang pertama
mengingat tugas A lebih sedikit ketimbang orang kedua. Jadi, tampak bahwa
mempelajari hal baru (tugas B) telah mencampuri retensi dari apa yang
dipelajari sebelumnya (tugas A ) (Hergenhahn dan Olson,
2008)..
Guthrie
menerima bentuk hambatan retroaktif ektrim ini. Pendapatnya adalah bahwa setiap
kali mempelajari hal yang baru, maka proses itu akan menghambat sesuatu yang
lama. Dengan kata lain, lupa disebabkan oleh intervensi. Tak ada intervensi,
maka lupa tidak akan terjadi. Contoh konkritnya misalnya
seseorang ketika diperintahkan untuk mempelajari bahasa, lalu mempelajari
matematika, kemudian di tes kembali dengan bahasa, sementara orang lain hanya
disuruh mempelajari matematika, setelah itu juga di tes lagi tentang bahasa,
maka orang pertama yang dites tentang bahasa dan matematika akan mengingat
lebih sedikit tentang bahasa jika dibandingkan dengan orang kedua yang hanya
mempelajari sesuatu yang baru (tugas matematika) akan menghambat sesuatu yang
telah dipelajari sebelumnya (tugas bahasa) (Hergenhahn dan Olson,
2008)..
Daftar Pustaka
Hergenhahn,
BR dan Matthew H. Olson. 2008. Theories
of learning. Jakarta : kencana
0 komentar:
Posting Komentar