"Selamat Datang Di Fahriikurniiawan.blogspot.com,,,Mari Berbagi Inspirasi dan Pengalaman"

Jumat, 07 Desember 2012

Draft Makalah EDWIN RAY GUTHRIE


EDWIN RAY GUTHRIE
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Belajar
Dosen Pengampu : Zidni Immawan M



Disusun oleh :
Fahri Kurniawan, Nina Maryati, Fajar NDF, Feni F, Nur Rofingah

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012
A.    Riwayat Edwin R. Guthrie
Edwin Ray Guthrie adalah putra pertama dari lima bersaudara yang lahir dari keluarga berkecukupan, karena Ibunya seorang Guru dan Ayahnya seorang Wiraswastawan. Beliau dilahirkan di Lincoln, Nebraska pada 9 Januari 1886. setelah lulus dari sekolah menengah kemudian Guthrie berpindah ke Universitas Nebraska dan lulus dengan Ijazah Matematika kemudian mengajar matematika di beberapa sekolah menengah sambil, memperdalam filsafat di Universitas Pennsylvania dan lulus sebagai doktor. Kemudian dilanjutkan dengan menjadi instruktur pada departemen filsafat di Universitas Washington. Setelah lima tahun kemudian, ia berpindah ke departemen psikologi di mana Ia menetap sampai kariernya berakhir.  Pada usia 33 tahun Dr. Guthrie pemenang nobel yang diberikan oleh Asosiasi Psikologi Amerika dalam kategori kontribusi mutakhir. Selama Perang dunia II, Ia pernah menjadi Dekan di Universitas Washington. Departemen Psikologi di sebuah Universitas yang kemudian bangunan tersebut dinamai Gutherie Hall. Guthrie membuat kontribusi yang patut diperhitungkan dalam dunia ilmu pengetahuan, khususnya filsafat, psikologi abnormal, psikologi sosial, pelajaran dan teori psikologi bidang pendidikan. Salah satu kontribusinya yang paling dikenal adalah teori belajar-nya yang berdasar pada asosiasi (Anonim, 2011).
B.     Teori Guthrie : One trial learning
Aristoteles berpendapat  bahwa kekuatan hukum asosiasi adalah tergantung pada frekuensi kemunculannya. Menurut Thorndike, Skinner dan Hull, frekuensi dibuat mengacu pada asosiasi yang terbentuk antara respon (yang mengantarkan organisme pada kepuasan) dengan kondisi yang distimulasi (mendahului respon). Menurut  Pavlov, US dan CS yang selalu dipasangkan akan membuat CS mampu memunculkan respon (Hergenhahn dan Olson, 2008).
Sedangkan menurut Guthrie asosiasi menjadi kuat antara stimulus dan respon pada saat pertama saja, sehingga tidak perlu dilakukan secara berulang-ulang. Guthrie menolak hukum frekuensi. Menurutnya, belajar akan menjadi lengkap setelah dipasangkan antara stimulus respon hanya satu kali saja (Hergenhahn dan Olson, 2008).
C.     Pandangan Guthrie Tentang Hukum Belajar
Hukum belajar yang dikemukakan oleh Guthrie adalah hukum kontiguitas (law of contiguity). Maksudnya adalah : “ kombinasi stimuli yang mengiringi gerakan akan cenderung diikuti oleh gerakan itu jika kejadiaannya berulang”. Jadi, jika pada situasi tertentu kita melakukan sesuatu, maka pada waktu lain dan situasinya sama kita akan cenderung melakukan hal yang sama juga.
Hukum tersebut diusulkan oleh Guthrie karena menganggap kaidah yang dikemukakan oleh Thorndike dan Pavlov terlalu rumit dan berlebihan. Thorndike mengemukakan bahwa, jika respons menemukan kondisi yang memuaskan maka koneksi S-R akan menguat. Disisi lain Pavlov mengemukakan dengan hukum belajarnya dengan model kondisional berupa CR-CS-US-UR. Unsur- unsur itulah yang dianggap oleh guthrie berlebihan.
Pada publikasi terahirnya sebelum meninggal, Guthrie sempat merevisi hukum kontiguitasnya menjadi, “apa- apa yang dilihat akan menjadi sinyal terhadap apa- apa yang dilakukan”. Alasannya karena terdapat berbagai macam stimuli yang dihadapi oleh organisme pada satu waktu tertentu dan organisme tidak mungkin membentuk asosiasi dengan semua stimuli itu. Organisme hanya akan memproses secara efektif pada sebagian kecil dari stimuli yang dihadapinya, dan selanjutnya proporsi inilah yang akan diasosiasikan dengan respons.
D.    Stimuli yang Dihasilkan oleh Gerakan
Meskipun Guthrie menekankan keyakinannya pada hukum kontiguitas di sepanjang karirnya, dia menganggap akan keliru jika kita menganggap asosiasi yang dipelajari sebagaian hanya asosiasi antara stimuli lingkungan dengan prilaku nyata. Misalnya, kejadian di lingkungan dan responsnya terkadang dipisahkan oleh satu interval waktu, dan karenanya sulit untuk menganggap keduanya sebagai kejadian yang bersamaan.
Guthrie selanjutnya mengatasi problem tersebut dengan mengemukakan adanya movement-product stimuli (stimuli yang dihasilkan oleh gerakan), yakni disebabkan oleh gerakan tubuh. Contohnya, ketika mendengar telepon berdering kita berdiri dan berjalan mendekati pesawat telepon. Sebelum kita sampai ke pesawat telepon, suara deringan tersebut sudah tidak lagi bertindak sebagai stimulus. Kita tetap bergerak karena ada stimuli dari gerakan kita sendiri menuju pesawat telepon.
E.     Praktik latihan
Untuk menjawab pertanyaan ini, Guthrie membedakan antara act (tindakan) dengan movement (gerakan). Gerakan adalah kontraksi otot; tindakan terdiri dari berbagai macam gerakan. Tidakan biasanya didefinisikan dalam term apa- apa yang dicapainya, yakni perubahan apa yang mereka lakukan dalam lingkungan. Sebagai contoh tindakan, Guthrie menyebut misalnya mengetik surat, makan pagi, dll.
Adapun untuk belajar tindakan membutuhkan praktik latihan. Belajar bertindak, yang berbeda dari gerakan, jelas membutuhkan praktik sebab ia mengharuskan gerakan yang tepat telah diasosiasikan dengan petunjuknya. Bahkan menurut Guthrie, tindakan sederhana seperti memegang raket membutuhkan beberapa gerakan berbeda sesuai jarak dan arah posisi subjek itu. Untuk itulah diperlukan sebuah latihan, karena dengan menguasai sebuah tindakan tidak menjamin pada saat waktu, jarak, dan posisi yang berbeda tindakan itu masih dapat dilakukan.
F.      Sifat Penguatan
Apa yang menggantikan kekuatan dalam teori Guthrie? Pada poin ini Gutrie menggunakan isu yang dibahas Thorndike, ketika satu respons menimbulkan keadaan yang memuaskan, maka selanjutnya terulangnya respons akan meningkat. Guthrie menganggap hukum efek tidak dibutuhkan. Menurut Guthrie, reinformance (penguatan) hanyalah aransemen mekanis, yang dianggap dapat dijelaskan dengan hukum belajaranya.
Gutrie menganggap, penguatan mengubah kondisi yang menstimulasi, dan karenanya mencegah terjadinya nonlearning. Misalnya, dalam kotak teka teki, hal yang dilakukan hewan sebelum menerima satu penguat adalah menggerakkan satu tuas atau menarik cincin, yang membuatanya bisa keluar dari kotak itu, dan seterusnya. Oleh karena itulah, Guthrie dan Horton mengatakan, menurut pendapat mereka tindakan yang dilakukan oleh kucing itu akan selalu sama, karena kucing itu menganggap itulah caranya membebaskan diri dari kotak. Oleh karena itu, tidak memungkinkan adanya respons baru yang dihubungkan dengan kotak tersebut.
G.    Cara Memutuskan Kebiasaan
Kebiasaan dalam teori Guthrie ini didefinisikan sebagai sebuah respon yang diasosiasikan dengan beberapa stimuli yang berbeda. Untuk menghentikan kebiasaan yang inappropriate ( tidak sesuai ) maka kebiasaan itu perlu diputus. Untuk itu, perlu memutus pula hubungan antara asosiasi dengan 'cues' yang memunculkan stimuli (rangsangan) dan respons. Ada tiga metode yang ditawarkan oleh Gutrhrie untuk memutuskan kebiasaan yaitu metode ambang pintu ( threshold methode ), metode yang kaku ( fatigue methode), dan metode respons tandingan (incompatable respons methode).
Ringkasan Tiga Metode memutus Kebiasaan:
Metode
Karakteristik
Contoh
Ambang Batas (threshold)
1.      Mengenalkan stimuli dengan kekuatan yang lemah. Secara perlahan meningkatkan kekuatan stimuli, tetapi menjaganya dibawah respons batas minimal.
Memasang pelana kuda : mulai dengan selimut yang ringan , kemudian selimut yang lebih berat, baru kemudian pelana kuda.
Metode fatigue (kelelahan)
" mengeluarkan " semua respons dalam menghadirkan stimuli.
Melemparkan pelana diatas kuda dan menaiki kuda samapai kuda meringkik, menendang, dan berusaha sekuat tenaga untuk melempar orang yang menaikinya. (joki) : pelana dan joki menjadi stimulus untuk berjalan dan berlari dengan tenang.  
Metode respons tandingan (incompatable Respons Methode)
Memasangkan stimulus (S1) yang menyebaabkan perilaku tidak sesuai (inapropiate) dengan stimulus (S2) yang memunculkan respons-respons yang sesuai (apropiate), perilaku yang sesuai diasosiasikan dengan stimulus (S2).
Untuk menghentikan menghindar dan takut berlebihan, dengan memasangkan ketakutan pada suatu objek ( seperti harimau mainan ) dengan sebuah stimulus yang memunculkan perasaan hangat dan penuh kasih saying., seperti gambar seorang ibu.

Berbeda dengan reinforcemen yang tidak terlalau berperan dalam proses belajar , hukuman (punishment) mempunyai pengaruh penting mengubah perilaku seseorang . punishment jika diberikan secara tepat dalam menghadirkan sebuah stimulus yang memunculkan perilaku inappropriate, dapat menyebabkan subyek melakukan sesuatu yang berbeda. Guthrie menjelaskan dengan mengambil contoh seorang gadis yang setiap kali pulang sekolah selalau meletakkan tas dan sepatu disembarang tempat setiap hari . kemudian sang ibu memerintahkan anaknya untuk mengambil tas dan kaos kakinya dilantai kemudian keluar rumah dan kembali masuk rumah serta langsung meletakkan pada tempatnya. Setelah tindakan itu berkali-kali dilakukan setiap anaknya pulang sekolah dan meletakkan tas dan kaos kaki sembarangan akhirnya perilaku  meletakkan tas dan kaos kaki pada tempatnya diasosiasikan dengan harus keluar rumah dan masuk kembali ke dalam rumah. 
Salah satu eksperimen yang dilakukan oleh Gutrie untuk mendukung teori kontiguitas adalah percobaannya dengan kucing yang dimasukkan ke dalam kotak puzel. Kemudian kucing tersebut berusaha keluar. Kotak dilengkapi dengan alat yang bila disentuh dapat membuka kotak puzel tersebut. Selain itu kotak tersebut juga dilengkapi dengan alat yang dapat merekam gerakan-gerakan kucing dalam kotak. Alat tersebut menujukan bahwa kucing telah belajar mengulang gerakan-gerakan sama yang di asosiasikan dengan gerakan-gerakan sebelumnya. Ketika dia dapat keluar dari kotak tersebut.
1.      Membelokkan Kebiasaan
Ada perbedaan antara memutus kebiasaan dengan membelokkan kebiasaan. Membelokkan kebiasaan dilakukan dengan menghindari petunjuk yang menimbulkan perilaku yang tak diinginkan. Jika anda mengumpulkan sejumlah besar pola perilaku tak efektif atau menyebabkan kecemasan, hal terbaik yang bisa dilakukan adalah meningkatkan situasi itu. Guthrie menyarankan agar anda pergi kesuatu lingkungan baru yang memberi anda kesegaran baru karena anda tidak punya banyak asosiasi dengan lingkungan baru itu. Pergi kelingkungan baru akan membuat anda legah dan bisa mengembangkan pola perilaku yang baru. Tetapi ini hanyalah pelarian parsial karena banyak stimuli yang menyebabkan perilaku yang tak diinginkan adalah stimuli internal anda, dan anda karenanya akan membawa stimuli itu ke lingkungan yang baru. Juga stimuli dalam lingkungan baru yang identik atau mirip dengan stimuli di lingkungan lama akan cenderung menimbulkan respon yang sebelumnya di kaitkan dengannya.
2.    Hukuman
Guthrie mengatakan efektivitas punishment (hukuman) ditentukan oleh apa penyebab tindakan yang dilakukan oleh organisme yang dihukum itu. Hukuman bekerja baik bukan karena rasa sakit yang dialami oleh individu terhukum, tetapi karena hukuman mengubah cara individu merespons stimuli tertentu. Hukuman akan efektif jika menghasilkan respons baru terhadap stimuli yang sama.
Hukuman berhasil mengubah perilaku yang tidak diinginkan karena hukuman menimbulkan perilaku yang tidak kompitabel dengan perilaku yang dihukum. Hukuman akan gagal jika perilaku yang disebabkan oleh hukuman selaras dengan perilaku yang dihukum. Misalnya, anda punya seekor anjing yang suka mengejar-ngejar mobil dan anda ingin menghentikan kebiasaannya. Gutrie menyarankan, anda mengendarai mobil dan biarkan anjing mengejarnya. Saat anjing berlari disisi mobil pelankan kendaraan anda dan tamparlah moncong si anjing. Ini kemungkinan akan efektif. Dilain pihak menampar pantat anjing saat berlari mungkin kurang efektif meskipun diasumsikan tamparan pada moncong dan pantat sama-sama menyakitkan. Perbedaannya adalah tamparan pada moncong cenderung membuat anjing berhenti dan berlompat kebelakang, sedangkan tamparan di pantat cenderung membuat anjing kencang lari ke depan. Jadi satu bentuk hukuman menyebabkan perilaku yang tidak kompatibel dan efektif sedangkan hukuman lainnya tidak efektif.
Segala sesuatu yag dikatakan Guthrie tentang hukuman adalah satu hukuman belajarnya- koniguitas. Ketika stimuli dan respon dipasangkan mereka menjadi diasosiasikan dan tetap diasosiasikan kecuali stimuli yang terjadi di situ memunculkan respon lain, dimana mereka diasosiasikan dengan respon baru tersebut. Hukuman adalah bentuk arasemen yang lain. Hukuman apabila digunakan secara efektif , akan menyebabkan stimuli yang sebelumnya menimbulkan respon yang tak diinginkan menjadi memunculkan respon yang dapat diterima. Ringkasan pendapat Guthrie tentang hukuman sebagi berikut :
a.       Hal penting mengenai hukuman adalah bukan rasa sakit yang ditimbulkannya tetapi apa yang membuat organisme itu berbuat.
b.      Agar efektif hukuman harus menimbulkan perilaku yang tidak kompatibel dengan perilaku yang dihukum.
c.       Agar efektif hukuman harus diaplikasikan bersama dengan stimuli yang menimbulkan perilaku yang dihukum.
d.      Jikasyarat 2 dan 3 tidak dipenuhi, hukuman tidak akan efektif atau justru akan memperkuat respon yang tidak diinginkan.
3.      Dorongan
Drives (dorongan) fisiologis merupkan apa yang oleh Guthrie dikatakan maintaining stimuli (stimuli yang mempertahankan) yang menjaga organisme tetap aktif sampai tujuan tercapai. Misalnya, rasa lapar menghasilkan stimuli internal yang terus ada sampai makanan dikonsumsi. Ketika makan diperoleh, maintaining stimuli akan hilang, dan karenanya kondisi yang menstimulasi telah berubah. Tetapi perlu ditekankan bahwa dorongan fisiologis ini hanya salah satu dari sumber stimuli yang mempertahankan . setiap sumber stimuli yang terus berlangsung baik itu eksternal maupun internal  mwnghasilkan stimuli yang mempertahankan.
Disini Guthrie kembali menjelaskan bahwa kebiasaan menggunakan alkohol dan narkoba dengan cara serupa. Misalnya, seorang merasakan ketegangan atau gelisah. Dalam kasus ini ketegangan dan kegelisahan itulah yang menjadi maintaining stimuli. Karenanya, ketika di lain waktu orang merasa tegang dan gelisah, dia akan cenderung minum lagi. Secara bertahap dorongan untuk memakai narkoba atau minuman keras akan muncul diberbagai situasi dan berubah menjadi kecanduan.
4.      Niat
Respons yang dikondisikan ke maintaining stimuli dinamakan intentions (niat). Respons tersebut dinamakan niat karena maintaining stimuli dari dorongan biasanya berlangsung selama periode waktu tertentu (sampai dorongan berkurang). 
Gambarannya, ketika seseorang lapar dan ada roti di dalam kantor, dia akan memakannya. Tetapi jika dia lupa membawa bekal makan siang, dia akan berdiri dari kursi, mengenakan jaket, mencari restoran, dsb. Perilaku yang dipicu oleh maintaining stimuli inilah yang tampak purposive atau intensional (diniatkan).
5.      Transfer Training
Gutrhrie dalam hal ini kurang terlalu berharap. Karena pada dasarnya seseorang akan menunjukkan respons yang sesuai dengan stimuli jika pada kondisi yang sama. Guthrie selalu mengatakan pada mahasiswa universitasnya, jika anda ingin mendapat manfaat terbesar dari studi anda, anda harus berlatih dalam situasi yang persis sama-dalam kursi yang sama-di mana anda akan diuji. Jika anda belajar sesuatu di kamar, tidak ada jaminan pengetahuan yang diperoleh disitu akan ditransfer ke kelas.
Saran Guthrie (Guthrie,1935) adalah selalu mempraktikkan perilaku yang persis sama yang akan diminta kita lakukan nanti,selain itu, kita harus melatihnya dalam kondisi yang persis sama dengan kondisi ketika nanti kita diuji. Gagasan mengenai pemahaman, wawasan dan pemikiran hanya sedikit, atau tidak ada maknanya bagi Guthrie. Satu-satunya hukum belajar adalah hokum kontiguitas, yang menyatakan bahwa ketika dua kejadian terjadi bersamaan, keduanya akan dipelajari.
6.      Formalisasi Teori Guthrie Oleh Voeks
Dalam pernytaan ulang Voeks atas teori Guthrie ada 4 postulat dasar, 8 definisi dan 8 teorema. Postulat itu berusaha meringkaskan banyak prinsip belajar umum dari Guthrie, sedang definisinya berusaha menjelaskan beberapa konsep Guthriean (seperti stimulus, petunjukn, respon dan belajar), teoremanya adalah deduksi dari postulat dan definisi yang dapat di uji secara eksperimental. Voeks menguji sejumlah deduksi dan menemukan sejumlah bukti yang mendukung teorti Guthrie. Sebagaian besar formalisasi Voeks atas teori Guthrie dan riset yang dihasilkannya, terlalu komplek untuk dipaparkan disini. Tetapi 4 postulat Voeks sudah cukup meringkaskan dan menjadi contoh dari formalisasi dari teori Guthrie yng dilakukannya.
Postulat I:Prinsiple of association,(a) setiap pola stimulus yang pernah mengirimi satu respon, dan atau muncul lebih awal setelah detik atau kurang, akan menjadi petunjuk langsung yang kuat untuk respon itu. (b) ini adalah salah satunya cara di mana pola stimulus yang bukan petunjuk untuk respon tertentu menjadi petunjuk langsung untuk respon itu ( Voeks, 1950, h. 342) .
Postulat  II : Prinsiple of Postremity, (a) suatu stimulus yang mengiringi atau mendahului dua atau lebih respon yang tidak kompatibel adalah stimulus yang dikondisikan hanya untuk respon terakhir yang diberi saat stimulus itu masih ada.(b) ini adalah satu-satunya cara dimana stimulus yang merupakan petunjuk untuk respon tertentu kini tidak lagi menjadi petunjuk bagi respon itu ( Voeks, 1950, h. 344).
Postulat III : Prinsiple of Response Probability : Probabilitas dari kejadian respon tertentu pada waktu tertentu merupakan suatu fungsi dari proporsi kehadiran stimuli yang adalah petunjuk bagi respon pada waktu itu. (Voeks, 1950, h.348).
Postulah IV :Prinsiple of Dynamic Situations. Pola stimulus dari suatu situasi tidaklah statis tetapi dimodifikasi dari waktu kewaktu karena ada perubahan dari respon yang diberikan subjek, akumulasi kelelahan, perubahan reaksi dan proses internal lainnya didalam subjek, serta karena kadirnya variasi terkontrol dan tak terkontrol dalam stimuli yang ada saat itu ( Voeks ,1950, h. 350).
Pembaca tidak boleh menyimpulkan bahwa teori belajar Guthrie hanya menarik secara historis. Seperti yang akan kita diskusikan nanti, saat kita membahas Villiam K.Estes, salah satu trend dalam teori belajar modern adalah mengarang kepenggunaan model matematika dalam menjelaskan proses belajar. Teori belajar Guthrie adalah teori yang member basis untuk model matematika untuk teori belajar awal dan masih tetap berada di jantung dari sebagaian besar teori belajar modern.
H.    Forgotten
Menurut Guthrie faktor lupa terjadi ketika adanya alternatif respon yang ada pada struktur stimuli. Setelah sebuah struktur stimuli dihasilkan oleh alternatif respon maka struktur tersebut akan cenderung membawa respon baru yang menghambat. Oleh sebab itu melibatkan new learning (pembelajaran yang baru). Jadi menurut Guthrie, lupa pasti melibatkan proses belajar baru. Ini adalah bentuk retroactive inhibition (hambatan retroaktif) yang ekstrem, yakni fakta bahwa proses belajar lama diintervensi oleh proses belajar baru. Untuk menunjukkan hambatan retroaktif, contohnya sebagai berikut: Seseorang yang belajar tugas A dan kemudian belajar tugas B lalu diuji untuk tugas A. satu orang lainnya belajar tugas A, tetapi tidak belajar tugas B, dan kemudian diuji pada tugas A. secara umum akan ditemukan bahwa orang pertama mengingat tugas A lebih sedikit ketimbang orang kedua. Jadi, tampak bahwa mempelajari hal baru (tugas B) telah mencampuri retensi dari apa yang dipelajari sebelumnya (tugas A ) (Hergenhahn dan Olson, 2008)..
Guthrie menerima bentuk hambatan retroaktif ektrim ini. Pendapatnya adalah bahwa setiap kali mempelajari hal yang baru, maka proses itu akan menghambat sesuatu yang lama. Dengan kata lain, lupa disebabkan oleh intervensi. Tak ada intervensi, maka lupa tidak akan terjadi. Contoh konkritnya misalnya seseorang ketika diperintahkan untuk mempelajari bahasa, lalu mempelajari matematika, kemudian di tes kembali dengan bahasa, sementara orang lain hanya disuruh mempelajari matematika, setelah itu juga di tes lagi tentang bahasa, maka orang pertama yang dites tentang bahasa dan matematika akan mengingat lebih sedikit tentang bahasa jika dibandingkan dengan orang kedua yang hanya mempelajari sesuatu yang baru (tugas matematika) akan menghambat sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya (tugas bahasa) (Hergenhahn dan Olson, 2008)..

Daftar Pustaka
Hergenhahn, BR dan Matthew H. Olson. 2008. Theories of learning. Jakarta : kencana

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright 2010 _Fahri kurniawan_
Theme by Fahri Kurniawan