Kamis, 03 Januari 2013
Sebuah Proses
Mau jadi orang baik butuh proses,
Mau jadi orang berilmu butuh proses,
Mau jadi ulama butuh proses,
Semua butuh proses, ibarat makanan harus melalui proses masak atau yg lainnya untuk dimakan, lalu diproses lagi dengan dikunyah. Kalau ngak dikunyah nanti bisa ke sellek.
Masalahnya,apakah kita sudah memproses diri kita untuk jadi orang baik?
Proses untuk jadi orang baik itu, dengan menjaga shalat, menjaga akhlak, menutup aurat. Sopan, santun, ramah, bersedekah,dll.. dan semua niat karena Allah.
Lalu bagaimana kita bisa dikatakan berproses untuk menjadi orang baik bila kata2 kasar,kata2 kotor, suka marah2, suka bantah orangtua, kadang sholat kadang tidak, kikir, dll.. kalau prosesnya saja tidak bagus lalu bagaimana hasilnya.
Seperti membangun rumah, prosesnya tidak benar, tidak pake pondasi kuat, tiangnya tidak pake kawat besi yg kuat, campuran semennya tidak bagus, maka lama2 ya hancur rumahnya, 5 skala rikter saja sudah ambruk atau digebrak orang saja sudah roboh. Begitupun dengan manusia, kalau prosesnya bagus, maka insyaAllah hasilnya juga bagus.
Orang yg baik yg akan sukses di dunia akherat adalah orang yg taat pada Allah dan Rasul-Nya.
"Barangsiapa taat kepada Allah & Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam surga."(QS.An-Nisa:13)
Kebenaran hanya milik Allah .
Selamat datang 2013
Tidak terasa tahun baru 2013 mulai kita tapaki. Kehidupan manusia pada umumnya, terlibat 3 masa:
1. Masa lalu
2. Masa kini, dan
3. Masa depan.
Menyesali terus kesalahan dan kegagalan masa lalu namun kita tidak mampu untuk mengubahnya, sikap demikian hanya membuang-buang waktu dan membuat sakit mental.
Mencemaskan dan menakutkan masa depan yang belum terjadi adalah kebodohan. Maka waktu yang paling penting dan berharga adalah masa kini, hari ini!
Kehidupan mengajarkan, tidak ada salahnya sejenak menoleh ke belakang. Melihat kesalahan dan kelemahan yang pernah kita jalani agar tidak terulang di masa depan. Sekaligus melihat kelebihan dan kekuatan yang pernah dilakukan agar dapat kita aktualisasikan lagi di hari ini dan di masa depan dengan lebih baik lagi.
Saat ini, tahun baru sudah di hadapan kita. Mari kita mulai melangkah dengan rasa syukur, doa, optimisme dan kita teguhkan tekad untuk meraih harapan-harapan baru, cita-cita baru, dan tegaskan dalam diri: tahun ini harus lebih baik daripada tahun lalu.
Saya yakin dan percaya, dengan hati bersih, fokus, dan berjuang dengan sepenuh hati memungkinkan setiap hari sepanjang tahun 2013 ini kita bisa menikmati kerja keras dengan penuh kegembiraan sekaligus mampu mengukir prestasi sukses yang luar biasa.
Yes I can! Saya bisa!
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu menyertai setiap langkah dan niat baik kita. Selamat tahun baru 2013. Happy new year. Xin nian kuai le.
Harga Mahal Manusia Takwa
Harga
Mahal Manusia Takwa
Dis susun oleh
Fahri Kurniawan
BAB I
Dis susun oleh
Fahri Kurniawan
BAB I
PENDAHULUAN
Muttaqien atau orang yang bertaqwa, memiliki banyak
definisi yang kita dapat tentang taqwa itu sendiri. secara umum taqwa
diartikan ‘takut’ akan tetapi makna takut tidak sama seperti takut yang pada
lazimnya. Taqwa juga dapat diartikan memelihara, seseorang yang dapat
memelihara dirinya dari segala apa-apa yang merugikan bagi dirinya sendiri.
Seseorang bisa dikatakan menjadi orang yang taqwa
apabila ia sudah benar-benar menjalankan perintah ALLAH dan menjauhi
larangan-Nya. Jadi, orang yang melanggar perintah ALLAH serta melakukan apa
yang dilarang ALLAH bukan termasuk orang yang bertaqwa, dikarenakan batasan
yang dapat dikatakan orang bertaqwa adalah yang demikian dan menjalankan
sesuatunya hanya karena ALLAH. Jika seseorang sudah dapat melakukan sesuatu
hanya karena ALLAH dan takut kepada ALLAH barulah dapat dikatakan orang yang
bertaqwa (muttaqien). Tidak membedakan manusia dihadapan ALLAH kecuali
ketaqwaanya karena taqwa sepaling-paling mulia disisi ALLAH, dapat dikatakan
bahwa taqwa mempunyai tingkatan yang sesudah mukmin, muslim dan muhsin.
Karena taqwa sudah mencakup kesemuanya. Konsekuensi dari keimanan yang kokoh
yang ditanamkan dalam diri seseorang karena takut kepada ALLAH adalah ketaqwaan
seseorang. Seperti hadis di bawah ini :
يَاأَيُّهَاالَّذِينَآمَنُواْاتَّقُواْاللّهَحَقَّتُقَاتِهِوَلاَتَمُوتُنَّإِلاَّوَأَنتُممُّسْلِمُونَ
Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS. 3:102)
|
Orang yang bertaqwa, disamping ia selalu
melaksanakan segala perintah ALLAH serta menjauhi larangan-Nya, mereka
(muttaqien) juga memiliki dan tertanam dalam hatinya dan mendapat kebahagiaan dalam hidupnya. Kebahagiaan yang bisa
membuat mereka menikmati hidup. Kebahagiaan yang membuat hidup menjadi lebih
baik. Kebahagiaan yang tidak semu, melainkan kebahagiaan yang sungguh-sungguh hadir
dari dalam diri.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
a. Akar kata
Taqwa itu berasal dari kata
waqa, yaqii, wiqayah dengan makna yang sejalan, sedang mata muttaqien adalah
bentuk fa’ail (pelaku) dari ittaqa suatu kata dasar bentukan tambahan (mazid)
dari kata dasar waqa atau secara singkatnya waqa-yaqi-wiqayah yang artinya
memelihara.
b. Makna tekstual
Ada yang membagi 2 definisi
taqwa , yang pertama hati – hati dan yang kedua meninggalkan yang tidak
berguna. Ada juga yang mengatakan taqwa itu mengetahui dengan akal, memahami
dengan hati dan melakukan dengan perbuatan, Muttaqien dapat diterjemahkan
menjadi kata orang yang menjaga diri untuk menyelamatkan dan melindungi diri
dari semua yang merugikan.
c. Makna Kontekstual
Secara keseluruhan kata
muttaqien adalah menjaga diri untuk menyelamatkan dan melindungi diri dari
semua yang merugikan, merugikan disini yang dimaksud yaitu melindungi diri dari
segala perbuatan yang mengandung kemashiyatan, syirik, kemunafikan dsb.
2.
Makna Takwa
Bertakwa
adalah menjalankan semua perintah-perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya
dengan penuh kesadaran dan kesabaran. Takwa merupakan sebaik-baik bekal yang
sangat diperlukan bagi individu dan jamaah kaum Muslimin. Bahkan perjuangan
untuk iqamatud din (menegakkan syariat) tidak akan memperoleh pertolongan Allah
Subhanahu wa Ta’ala (SWT), tanpa disertai dengan takwa.Amal kita akan tertolak
bila tidak disertai takwa.
Awal surat Al Baqarah memberikan
petunjuk bagi kita tentang ciri-ciri orang yang bertaqwa. Salah satu
diantaranya adalah mereka yang menafkahkan Rizqi yang dianugrahkan
kepadanya di jalan Alloh. "Alif Laam Miim.Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada
keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang
beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian
rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka," (QS Al Baqarah 2:1-3)
Sedangkan ganjaran pahala bagi orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Alloh akan dilipat gandakan sebagaimana
disebutkan pada ayat berikut. "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh)
orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan
sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji.
Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha
Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS Al Baqarah 2:261)
Lalu bagaimana cara menafkah harta sesuai tuntunan
Alloh dan Rasul-Nya ? Secara global Al Qur'an menerangkan sebagai berikut.
"Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa
saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam
perjalanan." Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah
Maha Mengetahuinya." (QS Al Baqarah 2:215)
Secara lebih detil Rasululloh SAW Sang Uswatun
Hasanah memberikan petunjuk sebagai berikut. Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw.
menceritakan seorang petani yang diberkahi usaha dan hartanya, dan beliau
bersabda; “……., maka sesungguhnya aku memperhitungkan hasil yang didapat
dari kebun ini, lalu aku (1) bersedekah dengan 1/3 (sepertiganya), dan
aku (2) makan beserta keluargaku (biaya konsumsi) 1/3 (sepertiganya)
lagi, kemudian aku (3) kembalikan (untuk menanam lagi) 1/3
(sepertiganya).” hadis No. 2984 Kitab Sahih Imam Muslim; Zuhud &
Kelembutan Hati, Bab Sedekah terhadap orang-orang miskin, yang dimasukkan
sebagai hadis ke 19 dalam kitab Riyadus Shalihin Bab 60 tentang Kedermawanan
oleh Imam Nawawi.
Nabi Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam
bersabda : “Bersedekahlah kamu! Seorang laki-laki bertanya : Saya
punya satu dinar. Nabi bersabda: Sedeqahkanlah itu untuk dirimu sendiri.
Laki-laki itu berkata: Saya punya satu dinar lagi, Nabi bersabda: Sedeqahkanlah
untuk istrimu. Padaku masih ada satu dinar lagi: Nabi bersabda: Sedeqahkanlah
untuk anak-anakmu. Padaku masih ada satu dinar lagi: Nabi bersabda:
Sedeqahkanlah untuk pembantumu. Padaku masih ada satu dinar lagi, Nabi
bersabda: Kamu mengetahui dengannya” [HR Abu Dawud, Nasa'i dan Imam Hakim
menshahihkannya]
3.
Hakekat
Taqwa
Sebenarnya Islam menuntut setiap individu muslim
untuk menjadi orang-orang yang bertaqwa. Jadi taqwa merupakan tuntutan Allah
kepada semua manusia. Jika kaum muslimin banyak yang bertaqwa, bisa dikatakkan
Islam tegak di muka bumi secara sempurna. Dan Islam tak akan pernah sempurna
dan berdiri tegak, kecuali ketika ketaqwaan kaum muslimin tersebut telah
hancur. Ketaqwaan setiap individu itu sesuai dengan tanggungjawab yang
dipikulnya. Oleh karena itu, hancurnya satu bagian taqwa yang menjadi beban
seorang individu berarti kehancuran Islam secara keseluruhan.
Taqwa merupakan naluri yang menjadi sumber
perilaku. Sabda Rasulullah; “Taqwa itu ada di sini, seraya menunjuk ke arah
dada beliau” Naluri ini tidak akan terbentuk kecuali dengan merealisasikan
maksud-maksud yang telah ditentukan. Maksud rasulullah disini, taqwanya itu
tidak akan terbentuk jika kita tidak menjalankanya maksud taqwa dalam kehidupan
sehari – hari. Taqwa mempunyai pengaruh moral yang sangat erat seperti
yang digambarkan oleh Rasulullah saw; “Sesungguhnya di dalam tubuh itu ada
segumpal darah, apabila segumpal darah itu baik maka baiklah seluruh tubuh dan
apabila segumpal darah itu buruk maka buruklah seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa
segumpal darah itu adalah hati” (Bukhari-Muslim)
Jadi, caranya untuk memperbaiki ketaqwaan itu
dengan memperbaiki hati. Sesuai dengan Firman Allah “Hai orang-orang yang
beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah, dan katakanlah dengan perkataan yang
benar. Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalanmu dan mengampuni bagimu
dosa-dosamu. Dan barangsiapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, maka
sesungguhnya ia telah mendapatkan kemenangan yang besar (Al-Ahzab:70-71)
4.
Mengapa Kita Harus Bertaqwa
Takwa
mengantarkan kita memiliki sikap konsisten sekalipun menjalankan perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya penuh dengan risiko, yakni dihadapkan pada kesulitan.
Juga, takwalah yang dapat menuntun kita disiplin terhadap jamaah, sami’na wa
atha’na terhadap pemimpin serta tidak mendurhakainya selama dalam kebaikan.
Maka, di samping sebab-sebab lain, Allah SWT menjadikan takwa sebagai
sebaik-baik bekal bagi kita.
Takwa adalah
solusi untuk mengatasi setiap kelemahan, ketertinggalan, dan kehinaan yang
sedang mendera umat Islam. Ia adalah satu faktor yang apabila kita pegang
teguh, pangkal datangnya pertolongan dan taufik akan dimudahkan bagi kita dan
segala faktor yang menyebabkan kekalahan dan kehinaan akan dijauhkan. Takwa
memelihara kita dari penyimpangan dan yang menjamin kemenangan bagi kita atas
musuh yang memiliki kekuatan jauh lebih hebat. Takwa dengan –izin Allah SWT–
yang menyelamatkan kita dari kesempitan dan kesusahan. Betapa banyak kesempitan
dan kesusahan yang pada zaman ini dihadapi kaum Muslimin, sementara barisan
musuh masih menunggu-nunggu kesempatan.
Pesan
takwa adalah tema yang harus senantiasa dihidupkan dalam jiwa. Sebab tidak ada
lain tugas kita di dunia ini kecuali hanya menataati Allah swt. Mengapa?
a.
Sebab alam
semesta yang kita tempati adalah milikNya. Maka dialah yang paling berhak
diikuti aturanNya. Dan untuk itu Dia telah mengutus nabi-nabi supaya manusia
tahu bagaimana cara menjalankan kewajiban kepadaNya. Jadi tidak ada alasan
untuk menghidari ajaranNya.
b.
Bahwa manusia
tidak Allah bekali pengetahuan kecuali sedikit. Dalam urusan dunia Allah
bekalkan akal dengannya manusia bisa mengembangkan pengetahuannya. Tetapi untuk
urusan kahirat akal harus tunduk kepada wahyu. Dan memang akal tidak diberi
kemapuan untuk mengarang-ngarang sendiri dalam masalah cara beribadah kepada
Allah. Karenanya ia harus ikut apa kata Allah dan rasulNya.
c.
Bahwa kita
semua sangat tergangtung kepada nikmat-nikmatNya. Tidak ada yang kita miliki
kecuali dari Allah swt. Maka alasan apa lagi untuk tidak ikut Allah. Fabiayyi
aalaai rabbikuma tukadzdzibaan.
d.
Bahwa kita
semua adalah milik Allah. Karenanya kita pasti kelak akan kembali lagi
kepadaNya. Dan kita pasti akan dimintai pertanggungjawab atas segala nikmat
yang telah diberikan kepada kita. Bukan hanya nikmat harta dan fasilitas
kebutuhan sehari-hari. Tetapi juga nikmat anggota tubuh seperti mata, tangan
dan lain sebagainya.
Allah berfirman:
”Sesungguhnya kepada
Kami-lah kembali mereka. Kemudian Sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab
mereka.”
Dalam surah Yasin 65 Allah berfirman:
”Pada hari Ini kami
tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada kami tangan mereka dan memberi
kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.”
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا
أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ
إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
“…Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah
SWT niscaya Dia membuatkannya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah
yang tidak disangkanya. Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah
akan mencukupkan (keperluannya). Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya.
Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu. Barangsiapa yang
bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam
urusannya.” (Ath-Thalaq [65] : 2-4).
Tanpa bekal
takwa, kita tidak akan kuat menapaki jalan menuju Allah SWT. Kita akan mengalami
stagnasi dalam perjuangan, macet di tengah jalan, bahkan kita akan berbalik
haluan. Naudzubillahi min zalik. Alangkah indahnya nasihat Nabi Shallallahu
’alaihi wa sallam (SAW) terhadap orang yang sedang melepas kepergian salah
seorang sahabat, “Semoga Allah membekalimu dengan takwa.” (Riwayat Ad-Darimi).
Hadits di atas menjelaskan bahwa sebaik-baik bekal dalam perjalanan pendek
maupun jauh, dan dalam setiap pekerjaan adalah bekal takwa.
Ali bin Abi
Thalib berkata, ”Takwa adalah takut kepada Allah Yang Mahaagung, melaksanakan
wahyu dan mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian.”
“Rasulullah SAW pernah memberikan nasihat
kepada kami yang menyebabkan hati terharu dan mata berlinang-linang. Lantas
kami berkata, ‘Ya Rasulullah SAW, ini seolah-olah nasihat untuk orang yang akan
berpisah, maka nasihatilah kami.’ Sabda beliau SAW, ’Aku berwasiat kepada
kalian untuk bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat sekalipun yang memimpin
kalian itu seorang budak…” (Riwayat Ahmad, Ibnu Majah, At-Tirmidzi dari ‘Irbadh
bin Sariyah).
Dalam (surat al Hadiid ; 20) ada 3 jalan agar
kita menjadi bertaqwa :
"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan
dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah
- megah antara kamu serta berbangga -banggaan tentang banyaknya harta dan anak,
seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman
itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan
di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta
keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang
menipu. (57:20)
Kehidupan dunia ini adalah
Fatamurgana dan tipu menipu, perhiasan saja, saling membangga-banggakan, saling
banyak harta dan anak, Allah menggambarkan hujan turun maka petani suka dan
berebut untuk menanam padi dan setelah itu kering kemudian kuning dan diakhirat
ada siksaan yang pedih untuk itu ; lalui jalan 3 ini ini disabdakan Oleh Rosul
S.A.W dikomentari oleh imam Ali Sa lalu Imam Husein Sa ada 3 Golongan orang takwa
:
a.
Menyembah
Allah tetapi mengharap sesuatu dari Allah karena takut ini seperti prinsip
orang dagang tujuannya supaya tidak disiksa kelak diakhirat, dan ini tidak
salah dan diizinkan karena Allah tau kedudukan kita dan bagaimana kemampuan
kita ini. Ibadah kita pada dasarnya lebih takut neraka daripada mengharap surga
Allah. Karena neraka itu ialah simbul kemurkaan Allah jadi sungguh pantas kalau
neraka ditakuti.
b.
Menyembah
Allah tatpi (roja') mengharap surga Allah yang penuh dengan kenikmatannya,
seperi hamba sahaya kepada majikannya yang mengharap sesuatu kepada Majikannya
kalau keinginannya sudah tercapai maka akan melupakan. Maka ini berarti bukan
Allah yang mereka cari tatapi surgadan ini tidak disalahkan Allah karena Allah
pernah menawarkan kita membeli taqwa kita dengan surganya. Jadi jangan disalah
pahami karena ini adalah kemampuan kita dan ini adalah ibadah yang besar.
c.
Beribadah
karena mensyukuri nikmat Allah yang diberikan dan karena Allah pantas untuk
disembah dan ini murni cinta kepada Allah melebihi segala sesuatu inilah
orang-orang yang merdeka ini kedudukan yang tak pernah tersentuh kecuali para
anbiya' dan orang-orang mutohharun. Seperti munajat imam Ali Sa. menyembah
kepada Allah bukan takut neraka dan ingin surga tapi beliau menyembah Allah
karena Allah itu pantas disembah, bagi mereka surga itu adalah Allah itu
sendiri maka mereka tak pernah memikirkan neraka dan surga.
Salah satu kenikmatan surga
ialah Allah akan memberi mereka minuman, dari minuman ini akan mensucikan
mereka sehingga yang ada apa yang mereka lihat adalah Allah dan ini sudah
dimiliki Oleh ahlul Bait sehingga mereka tidak melihat sesuatu kecuali hanya
Allah baik itu mereka melihat melalui matanya ataupun lewart hatahatinya.
segala sesuatu yang terlihat baik itu bidadari atau sebagainya hanyalah Allah
yang nampak. Harapan terbesar yang diharapkan dari orang yang mencintai ialah
dengan mendapatkan cinta dari yang kita cintai itu dan ini hanya bisa melalui
Sayyidil wujud Muhammad S.A.W.
5.
Hubungan Psikologi Positif dengan Kajian
Ilmu taqwa
Psikologi positif adalah ilmu yang mengenai orang-orang kebajikan dengan kualitas yang
memungkinkan kepada orang-orang, kelompok dan lembaga untuk berkembang dan
menjadi sukses. Dasar psikologi ini adalah keyakinan bahwa setiap
individu ingin menjalani kehidupan yang memuaskan dan bahagia dengan memelihara
apa yang terbaik dalam diri mereka.
Termasuk bagian yang paling penting dari bentuk ketakwaan seseorang adalah
at-tafaqquh fiddin, yaitu bersungguh-sungguh dalam mempelajari agama Allah
subhanahu wata’ala. Kewajiban menuntut ilmu ini sangat erat kaitannya dengan
takwa. Dengan bersemangat dalam menuntut ilmu seseorang akan mengetahui
perintah-perintah Allah subhanahu wata’ala dan larangan-larangan-Nya. Sehingga
dengan demikian dia akan benar-benar tepat dalam menjalankan perintah-perintah
Allah subhanahu wata’ala dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Oleh karena itu,
wajib bagi kita untuk menuntut ilmu dan bertanya kepada ahli ilmu tentang agama
kita, agar kita bisa benar-benar mewujudkan ketakwaan kita kepada Allah
subhanahu wata’ala.
Pada inti
dari psikologi positif ada tiga masalah utama yaitu :
a. Emosi positif
b. Perilaku individu afirmatif (menguatkan)
c. Konstruktif lembaga (membangun).
Yang pertama adalah emosi
positif. Suatu bagian penting dari berpikir positif adalah untuk memahami
perasaan manusia kebahagiaan merasa dalam diri mereka. Kebahagiaan,
menurut psikolog positif, adalah penting karena ini saja dapat berkontribusi untuk
individu yang sangat sukses. Orang yang bahagia lebih produktif, lebih
baik di kesempatan mengkonversi, umumnya lebih sukses dan juga konstruktif
dalam menyebarkan kebahagiaan. Jadi, untuk memahami dasar emosi positif,
studi psikologi positif bagaimana individu dapat menciptakan kebahagiaan di
masa sekarang dan iman di masa depan yang sukses. Namun, dalam
melakukannya, psikologi positif tidak menyangkal pentingnya aspek menyedihkan
dan negatif dari kehidupan. psikolog setuju bahwa sifat manusia penuh
dengan perselisihan, keegoisan dan negativitas. Maka Bertakwa kepada Allah subhanahu wata’ala adalah
sumber segala kebaikan dan kunci untuk memperoleh kebahagiaan serta bekal yang
sangat berguna untuk kehidupan dunia dan akhirat. Bertaqwa membuat seseorang
berusaha membentengi dan menjaga dirinya agar terhindar dari kemarahan dan azab
Allah subhanahu wata’ala. Cara bertaqwa adalah dengan menjalankan
perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Perilaku
individu positif adalah apa yang memberikan kontribusi perasaan
kebahagiaan. Jadi, mereka adalah bagian penting dari psikologi
ini. Beberapa perilaku individu yang paling umum dipelajari oleh psikologi
ini termasuk kemampuan untuk merasakan kebahagiaan, keberanian, kekuatan,
keyakinan, ambisi, kreativitas, pengetahuan dan pengendalian diri. Bertakwa
kepada Allah subhanahu wata’ala adalah sumber segala kebaikan dan kunci untuk
memperoleh kebahagiaan serta bekal yang sangat berguna untuk kehidupan dunia
dan akhirat. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Maka berbekallah kalian dan sesungguhnya sebaik-baik bekal
adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku, wahai orang-orang yang berakal.” (Al-Baqarah: 197)
Allah subhanahu wata’ala juga menyebutkan dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa di sisi Rabb
mereka (disediakan) surga yang penuh dengan kenikmatan.” (Al-Qalam: 34)
6.
Hasil Bagi Orang yang bertaqwa
Allah subhanahu wata’ala telah
menyebutkan di dalam ayat-ayat-Nya perihal keutamaan atau buah yang akan
dipetik oleh orang yang bertakwa.
1.
Orang-orang yang
bertakwa akan
dicintai oleh Allah subhanahu wata’ala. Allah subhanahu
wata’ala berfirman:
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertakwa.” (At-Taubah: 4)
2.
Orang yang bertakwa akan dikaruniai rasa aman dan kebahagiaan di saat
sebagian orang ditimpa rasa takut dan kesedihan. Allah
subhanahu wata’ala berfirman:
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah subhanahu wata’alatu,
tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
(Mereka adalah) orang-orang yang beriman dan bertakwa. Bagi mereka berita
gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat.” (Yunus: 62-64)
3.
Orang-orang yang
bertakwa akan dikaruniai furqan
(kemampuan membedakan antara yang baik dan buruk), yaitu
pertolongan dari Allah subhanahu wata’ala baik berupa ilmu atau yang lainnya,
sehingga dengannya seseorang akan mengetahui mana yang benar dan mana yang
salah, serta mana yang bermanfaat dan mana yang berbahaya bagi dirinya. Disamping
itu juga akan dibersihkan jiwanya dari kesalahan-kesalahan yang dilakukannya
dengan diberi kemudahan untuk beramal shalih sehingga akan menghapus
kesalahan-kesalahannya. Begitu pula akan diampuni dosa-dosanya dengan diberi
taufiq untuk senantiasa beristighfar dan bertaubat dari dosa yang dilakukannya.
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:
“Wahai orang-orang beriman, jika kalian bertakwa kepada Allah,
maka Allah akan memberikan kepada kalian furqan dan Allah akan menghilangkan
diri-diri kalian dari kesalahan-kesalahan kalian dan mengampuni (dosa-dosa)
kalian dan Allah mempunyai karunia yang besar.”(Al-Anfal: 29)
4.
Orang yang bertakwa
juga akan diselamatkan
oleh Allah subhanahu wata’ala dari berbagai bahaya dan akan diberi jalan keluar
dari setiap kesempitan yang menimpanya. Disamping itu juga akan dimudahkan
berbagai urusannya serta diberi rezeki di luar
dugaannya dari arah yang dia tidak sangka-sangka.
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam firman Allah subhanahu
wata’ala:
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Allah akan mengadakan
baginya jalan keluar dan akan memberinya rezeki dari arah yang tiada
disangka-sangka.” (Ath-Thalaq:
2-3)
Begitu pula dalam firman-Nya:
“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah
menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (Ath-Thalaq: 4)
5.
Orang Bertaqwa Tidak Pernah Merasa Miskin
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, Adapun
mengenai firman Allah Ta’ala,
{ وَمَنْ يَتَّقِ
اللَّهَ يَجْعَلْلَهُ مَخْرَجًا } { وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ}
“Barang siapa
bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan
keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.”
(QS. Ath Tholaq:2-3).
Dalam ayat ini diterangkan
bahwa Allah akan menghilangkan bahaya dan memberikan jalan keluar bagi orang
yang benar-benar bertakwa pada-Nya. Allah
akan mendatangkan padanya berbagai manfaat berupa dimudahkannya rizki. Rizki
adalah segala sesuatu yang dapat dinikmati oleh manusia. Rizki yang dimaksud
disini adalah rizki dunia dan rizki akhirat
BAB III
PENUTUP
Taqwa merupakan sikap abstrak yang tertanam dalam
hati setiap muslim, yang aplikasinya berhubungan dengan syariat agama dan
kehidupan social. Seorang muslim yang bertaqwa pasti selalu berusaha
melaksanakan perintahNya dan menjauhi segala larangaNya dalam kehidupan ini.
Didalam kehidupan sehari – hari tentunya sebagai orang yang bertaqwa selalu
melakukan segala sesuatunya berdasarkan perintah dan larangan Allah. Salah satu
aplikasi taqwa dalam kehidupan, ketika kita menolong sesama, saling berbagi,
tidak menyimpan rasa dendam kepada orang yang mungkin pernah mennyakiti, itu
salah satu aplikasi taqwa dalam kehidupan sehari – hari. Melakukan segala
sesuatunya berdasarkan ajaran yang telah diperintahkan Allah bukan atas dasar
adanya motif tertentu, tapi semua semata – mata karena Allah SWT.
Taqwa tidak hanya
sekedar menjauhkan diri dari segala apa yang menjauhkan diri kita daripada
Allah atau sekedar membatasi diri kepada yang halal saja dan bukan sebatas
beribadah kepada Allah semata – mata. Taqwa adalah masalah hati yang paling
dalam. Taqwa adalah amalan jiwa atau roh. Orang yang bertaqwa, disamping selalu
melaksanakan segala apa yang diperintah dan meinggalkan apa yang dilarang Allah
SWT, mereka juga memiliki dan tertanam dalam hati sifat-sifat yang jujur,
amanah, senantiasa mengharapkan ridho Allah, adil, pemalu, pennuh kasih sayang,
pemaaf dan sifat-sifat baik lainnya.
Banyak anugerah yang akan didapat bagi orang
bertaqwa karena Allah selalu menjanjikan hambanya dengan segala sesuatu
yang baik bagi mereka orang – orang yang bertaqwa. Terbukti diantaranya dari
ayat – ayat yang terdapat dalam alqur’an, antara lain ;
Dalam firman ALLAH Q.S 8 : 29 [ Al-Anfal : 29 ]
‘Hai orang-orang yang
beriman, jika kamu bertaqwa kepada ALLAH, niscaya ALLAH akan memberi kamu
furqon, dan menghapus kesalahan-kesalahan kamu dan dosa-dosamu’
Dalam ayat tersebut sudah jelas, bahwa ALLAH
memberikan anugerah bagi orang bertaqwa dengan menghapus kesalahan dan dosa
orang yang bertaqwa, juga diberikannya furqon oleh ALLAH. Furqon yaitu suatu
petunjuk untuk dapat membedakan antara yang baik dan buruk dengan demikian akan
selamat karena ia mendapatkan petunjuk dengan dapat membedakan antara yang baik
dan yang buruk.
Terdapat juga firman Allah mengenai anugerah bagi orang
bertaqwa pada QS. ATH-THALAAQ : 2-3, 4.
Apabila mereka telah
mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah
mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di
antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah
diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat.
Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya
jalan keluar.
Dan memberinya rezki
dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal
kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah
melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
Dari kedua
ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah,
niscaya Allah akan memberikan kepada mereka jalan keluar (atas segala
persoalan), dan diberi rizki dari tempat yang tidak terduga.
Langganan:
Postingan (Atom)